Setiap dari kita menyimpan luka. Ada yang sempat diceritakan, ada yang dipendam begitu dalam hingga tak ada satu pun yang tahu.
Namun, tak peduli seberapa kuat kita mencoba melupakan, luka itu tetap tinggal--mengubah cara kita mencintai, mempercayai, dan memandang diri sendiri.
Luka yang Membentukku adalah perjalanan menelusuri bagian-bagian yang paling rapuh dalam diri manusia. Tentang air mata yang tak pernah terlihat, patah yang tak pernah bersuara, rindu yang tersesat, dan kenangan yang membayangi langkah. Tetapi di balik semuanya, ada cahaya kecil yang terus memanggil: keberanian untuk menerima, memaafkan, dan tumbuh.
Buku ini bukan sekadar cerita tentang rasa sakit. Ini adalah pengingat bahwa kita masih bisa bangkit meski hancur berkali-kali. Bahwa bahkan dalam retakan paling gelap, ada harapan yang diam-diam tumbuh.
Dan bahwa diri kita hari ini--dengan semua goresan dan retaknya--adalah bukti betapa kuatnya kita bertahan.
Jika kamu sedang mencoba berdamai dengan masa lalu, kehilangan, atau diri sendiri, buku ini bukan hanya bacaan.
Buku ini adalah teman pulang.