Penulis: Hilman Indrawan, Arif Ramadan, M. Ikhwanuddin, dan Naufal Fatyu
Jenis Kertas isi : Bookpaper
Cover : Softcover AC 210 Gr
Padi menguning, hutan rimbun, langit bergradasi aurora, laut dihuni hayati biota. Anak-anak sekolah dengan riang, para pemuda berkarya tanpa ancaman, tukang bakso bercanda dengan langganan, Ibu-ibu berbelanja di Swalayan. Teknokrat lahir, profesor lahir, orator lahir, dokter lahir, pejuang-pejuang baru lahir. Itulah kemerdekaan di rumah besar kita. Rumah bernama Indonesia.Di rumah ini, mentari kedamaian menyemburat, menyelinap lewat jendela harapan. Meski luas, namun Merauke hingga Sabang ibarat rumah yang amat dekat jaraknya. Saling menyeka air mata jika ada yang terluka di dalam kamar nestapa. Saling rekatkan ikatan jika ada yang coba membenturkan.
“…semacam pengingat kepada seluruh rakyat Indonesia, kepada juga pemerintah agar tidak korupsi, agar tidak tirani…”Habiburrahman El Shirazy, Lc. (Novelis Senior, penulis Ayat-Ayat Cinta, Pudarnya Pesona Cleopatra)
“…Jika Narasi Rakyat dipersandingkan dengan suara hewan, ia adalah auman harimau dan cakaran macan yang akan mencabik kesadaranmu. Dan sungguh amat terlalu, jika setelah membaca buku ini, pemuda tidak bangun dari tidurnya.”Syifa Susilawati (Penulis, Mahasiswa UIN Jakarta)
Pembahasan akan dibagi pada dua hal besar: pengkhianatan dan keteladanan. Data pengkhianatan meliputi angka korupsi dari masa ke masa, peristiwa-peristiwa antagonis oligarki, pelanggaran hukum dan HAM, hingga menyentil sisi moralitas dan ketuhanan. Kemudian menghadirkan kisah keteladanan sebagai penawar sekaligus referensi untuk berkaca. Teladan para pejuang diangkat dari masa lalu, agar bangsa ini tidak lupa baca sejarah.